Penulis : Choirotun Chisaan (Anggota MGMP Quran Hadis MA DIY)
Firman
Allah swt di bagian awal Surat al-Baqarah ayat 185 menyebutkan bahwa Al-Quran
diturunkan pada bulan suci Ramadhan. Selanjutnya, di ayat tersebut difirmankan
bahwa Al-Quran adalah buku petunjuk beserta penjelasannya dan pembeda antara
kebenaran dan kebatilan. Dengan demikian sejak mula, mempelajari Al-Quran
merupakan satu hal yang sangat penting bagi para sahabat yang beriman kepada
risalah Rasulullah Muhammad saw. Dengan memahami Al-Quran dan penjelasannya
seorang yang beriman dapat mengetahui kebenaran petunjuk Allah swt dan
membedakannya dari kebatilan.
Tulisan
tentang proses belajar Al-Quran dari para sahabat sekaligus pengikut Rasulullah
saw umumnya fokus pada salah satu metode belajar mereka. Tulisan ini berupaya
menyajikan secara lebih komprehensif proses para sahabat Nabi Muhammad saw
dalam belajar Al-Quran. Tidak saja mereka melakukan learning-by-doing
atau belajar sekaligus aktif mengamalkan, tetapi mereka juga belajar melalui
metode presentation of learning atau menyajikan apa yang telah dikaji,
dan melalui peer learning atau berdiskusi sesama sahabat untuk saling
belajar.
Belajar
sekaligus aktif mempraktekkan saat ini sering disebut dengan learning-by-doing.
Ini adalah metode yang paling sering disitir dilakukan para sahabat saat
belajar Al-Quran dari Rasulullah saw. Ada riwayat yang disebut di kitab Mukhtashar
al-Itqan dari Abu Abdur Rahman as-Salami, seorang tabi’in awal,
bahwa beliau mendapat berita dari para pengajar Al-Quran seperti sahabat Utsman
bin ‘Affan ra, ‘Abdullah bin Mas’ud ra dan yang lain bahwa mereka belajar
Al-Quran dari Rasulullah saw 10 ayat. Mereka tidak akan menambah ayat-ayat lain
kecuali sudah mempelajari ilmu dan mempraktekkan (beramal) apa yang ada di 10
ayat tersebut secara bersamaan. Oleh karena itu menurut Ibnu ‘Umar ra, ayahnya
‘Umar bin Khattab ra, menyelesaikan belajar Surat al-Baqarah dalam 12 tahun dan
setelah selesai menyembelih onta gemuk (al-Baihaqi).
Meski
berita bahwa para sahabat menyajikan apa yang telah dipelajari atau melakukan presentation
of learning tidak banyak, namun setidaknya dua hadits berikut bisa menjadi
sumber dalam hal ini. Pertama, hadits riwayat al-Bukhari dari Ibnu
Mas’ud ra yang menyatakan bahwa Rasulullah saw memintanya untuk membacakan
Al-Quran di hadapan beliau. Ibnu Mas’ud ra bertanya, “Apakah aku membacakan
Al-Quran untukmu padahal ia diturunkan kepadamu?” Rasulullah saw menjawab,
“Aku sungguh menikmati mendengarkannya dari selain diriku.” Kedua, ada
hadits riwayat Muslim dari ‘Umar bin Khattab ra bahwa dia mendengar
Hisyam bin Hakim ra membaca Surat al-Furqan tidak seperti yang ia baca, padahal
‘Umar ra mendapatkannya langsung dari Rasulullah saw. “Hampir saja aku
langsung menghentikannya. Tapi aku tunggu sampai selesai.” Lalu ‘Umar ra
mengikat Hisyam ra dengan selendangnya sendiri dan dibawa menghadap Rasulullah
saw. ‘Umar ra mengadu, “Wahai Rasulallah, saya mendengar orang ini membaca
Surat al-Furqan tidak seperti yang engkau bacakan padaku.” Rasulullah saw
memerintahkan ‘Umar ra untuk melepas ikatan dan meminta Hisyam ra untuk
membaca. Lalu ia membaca seperti yang didengar ‘Umar ra tadi. Nabi Muhammad saw
bersabda, “Demikianlah Al-Quran diturunkan.” Lalu Rasulullah saw meminta
‘Umar ra untuk membaca. Setelahnya Rasulullah saw bersabda, “Demikian
Al-Quran diturunkan. Sesungguhnya Al-Quran ini diturunkan dalam tujuh dialek
(huruf), maka bacalah dengan cara yang paling mudah.”
Selain
dengan dua metode di atas, terdapat sumber-sumber sahih yang mengisahkan adanya
saling belajar al-Quran di antara para sahabat (peer learning).
Rasulullah saw misalnya, meminta sebagian sahabatnya menjadi guru Al-Quran
untuk orang yang baru masuk Islam (Ahmad). Rasulullah saw bahkan
menunjuk empat nama sahabat: Ibnu Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, dan
Salim Maula Abi Hudzaifah sebagai rujukan dalam mempelajari Al-Quran (Muslim).
Inisiatif juga datang secara personal. ‘Umar bin Khattab ra misalnya, membuat
jadwal (shift) dengan tetangganya seorang Anshar, untuk bergantian
menunggu wahyu. Siapa yang hari itu mendengar wahyu yang turun kepada
Rasulullah saw, mengajarkan kepada tetangga yang lain (al-Bukhari).
Dengan
berbagai macam metode tersebut, Al-Quran menjadi sentral pengetahuan dan
menyebar ke semua tempat sejak zaman Rasulullah saw. Lebih lagi Rasulullah saw
memberikan penguatan positif bagi mereka yang belajar dan mengajarkan Al-Quran.
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Quran.” (al-Bukhari).